Selamat datang

Rabu, 15 April 2009

Kapan Jalan Berujung

BAGIAN SATU

Ada rumah dipinggir sawah, kecil dan menyendiri. Tidak terlalu besar tapi nyaman untuk dihuni oleh keluarga yang bisa dibilang keluarga besar. Ada 7 bersaudara. Tadinya 9 bersaudara, tapi yang dua orang sudah mendahului menghadap yang Kuasa waktu masih balita. Dan pada 3 Juni kakak nomer dua juga meninggal karena sakit. Jadilah sekarang mereka 6 bersaudara. Yang pertama sekarang tinggal di Papua. Yang kedua meninggal di Lampung. Yang ketiga ada di Bandung. Ke empat ada di Tangerang. Kelima ada di Bekasi. Ke enam di Jogja. Ke tujuh sementara di Jogja ambil Akta IV.


Pada suatu ketika si Ummi sudah lulus SMA tahun 1993. Kemudian ingin kuliah. Tapi tidak diterima lewat UMPTN. Kemudian Ummi ikut kursus di Purworejo jadi Programmer selama 1 tahun. Alhamdulillah lulus dengan hasil lumayan.
Tahun 1995 Ummi mencoba ikut UMPTN lagi di Solo. Ummi daftar di UMS. Ambil Akuntansi. Tapi ternyata hanya diterima di Poli . Katanya setelah masuk di Poli, kalau mau melanjutkan ke S1 tinggal nambah tanpa harus tes tertulis lagi. Agak kecewa memang. Tapi ternyata cerita berkata lain. Waktu itu, kakak juga semester akhir, sudah mau selesai. Ternyata juga, kakak IPnya Cuma 2,38. Untuk orang teknik Elektro dengan IP segitu-gitunya mepet sekali to? Maka dia berniat untuk memperbaiki IP tadi dengan mengulang sekali di suatu Institut Sains di Jogja.

Tanpa Ummi sadari, antara ibu, bapak dan kakak sudah membuat kesepakatan untuk menjauhkan Ummi dari tanah kelahirannya Jawa tercinta, yaitu dibuang ke Papua. Ummi tahu pada suatu pagi menjelang siang. Ummi dipanggil kakak. Ummi masuk kamarnya kakak. Kakak berkata,” Ummi, ini karena aku IPnya sedikit, aku pingin memperbaiki dengan cara kuliah lagi. Untuk itu, kamu disuruh bapak ke Papua ikut Pak Poniran. Nanti kalau aku sudah lulus dan dapat kerja, nanti kamu mau sekolah kemana saja akan aku bayari.” Sejenak Ummi berpikir, tapi tidak sampai 2 menit..............

Bersambung............

Senin, 23 Februari 2009

Senyum Awal Keberhasilan



Untuk menggapai keberhasikan perlu:

- senyum pada orang lain

- selalu berpikir positif (berprasangka baik )

- jangan mudah menilai negatif seseorang

Dalam kehidupan ini ada 3 potensi:

- kualitas / kekuatan hati

- pikiran

- tangan

Anda lebih menonjol kualitas hatinya, pikirannya atau tangannya?

Misal, orang jelas berbuat salah dan mengakuinya tapi berat untuk meminta maaf.

Misal, merasa benar-benar dibantu orang lain tapi berat untuk berterima kasih.

Itu semua tidak seimbang antara hati, pikiran dan tangan.

Penggunaan otak kiri dan kanan pun seringkali tidak imbang, sehingga perilaku seseorang tidak imbang. Seperti diketahui, otak kiri berfungsi dalam hal bahasa tulis, logika, angka, bahasa lisan dan penalaran ilmiah. Otak kanan dalam hal intuisi/naluri, dimensim ruang dan gerak, warna dan pola, imajinasi dan lamunan, ritme dan musik.

So, kalau ibadah itu otak kanan. Kalau ego, otak kiri. Otak pun seringkali konflik lho, so yang baik adalah seimbang. Kalau otak kiri dominan: seseorang tampak ngeyelan, sulit menerima kritik, tidak pandai bersyukur, jarang beribadah secara khusyuk dan lebih menuntut. Saat anak-anak yang lebih aktif otak kanannya, tapi setelah dewasa otak kiri yang lebih dominan.

Selasa, 17 Februari 2009

Ayo main

Lokasi Pantai Glagah Yogyakarta
Mg, 18 Januari 2009

Belajar sambil bermain
Utamiimutz@Gmail.com


Kita coba sharing tentang pembelajaran pada anak-anak usia dini yuuk. Ada suatu anggapan dari banyak para orang tua kalau yang namanya sekolah harus duduk dalam ruangan, mendengarkan guru bicara, menjawab pertanyaan guru, menulis, berhitung dan lain-lain. Tapi dalam kenyataan, justru model sekolah yang bagus adalah sekolah yang kembali kea lam. Contoh, model pembelajaran BirruNA, BCCT. Dalam BCCT bagus sekali. Anak belajar langsung pada benda aslinya. Misal di area pasir. Anak betul-betul main dengan pasir. Jadi anak tahu, Ooooooo, pasir ini to. Kalau dipegang rasanya begini to. Kalau diinjak? Kalu diberi air sedikit, lalu dibentuk pakai mangkuk? Kalau dibuat gunung-gunungan? Kalau ada pasir semangkuk, isinya ada berapa sendik makan ya? Warnanya? Boleh tidak kalau disebar-sebar sampai mengenai temannya? Banyak yang bisa dipelajari kan………. Beda kalau belajar hanya memakai alat peraga gambar.


Contoh,”Anak-anak, perhatikan. Ini ada gambar pasir. Kalian pernah kepantai? Disana akan anak-anak jumpai banyak pasir yang warnanya hitam………..”. Ya kalau anak-anak rumahnya dekat pantai, Kalau rumahnya di pegunungan dan jauh dari jalan transportasi umum? Model BirruNA masuk disini. Anak diajak jalan, belajar dialam bebas sehingga anak merasa menikmati. Bagaimana pendapat Anda? Coba tambahkan kalau ada masukan………please, ini terbuka untuk anda……kita berbagi untuk kita dan anak-anak bangsa sekarang dan yang akan datang. OK! Eh, hampir ada yang kelupaan.


Dengan bermain ternyata banyak keuntungan lho. Bermain mendukung berkembangnya seluruh aspek perkembangan anak karena menstimulasi:
1. perkembangan fisik: motorik halus dan motorik kasar
2. perkembangan intelektual
3. perkembangan bahasa
4. perkembangan social
5. perkembangan emosional

Bersambung………….always!! Salam sayang untuk Anda pembaca setiaku…..

Sabtu, 24 Januari 2009

Playground Safety

Dangerous conditions on playgrounds, including equipment malfunctions, poor surface designs, and reckless behavior, cause thousands of child injuries every year in the United States. In fact, one study found that on average, over 200,000 children are treated in emergency rooms for injuries they suffered while on a playground.

In order to keep your children safe, it is important that you familiarize yourself with playground safety tips so that you can be aware of your child's safety in nearly any playground situation.

Adult Supervision

One of the easiest ways to prevent playground injuries is to make sure that all children on a playground are supervised at all times by a responsible adult. In fact, many playground injuries that do happen could have easily been prevented with adequate supervision and intervention.

Before taking your child to a new playground, you should inspect the facilities and make sure that there is a place for parents to supervise the children on the playground equipment, and that every part of the playground is visible from that location.

Additionally, it is a good idea to examine the behaviors of children on the playground. Many families will frequent the same playground, and so if you visit a playground where all the children seem to be overly aggressive, you may want to consider looking for a different place to visit.

Playground Surface Design

As children run and play it is inevitable that at some point in time they will fall down. Because of this, the surface design is one of the most important safety features in playgrounds. If the surface on a playground is hard and unforgiving, a child that falls down is likely to suffer serious injuries.

Some things to look for when examining a playground's surface include:
· A soft and cushioning material such as sand, shredded rubber, mulch, or pea gravel. All of these materials will provide much needed cushioning in the event that a child falls down.
· Surface material should be at least 12 inches deep for playground equipment that is at least 8 feet high.
· Surface material should not be tightly packed, as this reduces the cushioning ability of the material.
· The playground surface, as well as all playground equipment, should be kept free of hazardous materials like metal or glass